Riam Marum Surga Kecil Tersembunyi
Riam Marum Surga Kecil Tersembunyi
Riam Marum, Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat
Sudah sering
kita mendengar nama-nama riam yang ada di Bumi Sebalo julukan untuk Kabupaten
Bengkayang ini. Riam (air terjun alami) banyak kita temui di daerah
Bengkayang, karna saking banyaknya riam di Bengkayang ini, sehingga
dijuluki "Kota Seribu Riam", tidak hanya di Bengkayang saja. Hampir seluruh daerah di
Kalimantan Barat memiliki riam-riamnya tersendiri, namun yang paling terkenal
dan banyak dikunjungi terletak di Bengkayang. Dari yang paling terkenal dan
banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah Riam Merasap, Riam Pangar, dan Riam
Berawan. Rasanya sangat bosan jika hanya riam itu-itu saja yang banyak
dikunjungi oleh orang, terlebih mengetahui kalau banyak sekali potensi alam
khususnya riam yang ada di Bumi Sebalo ini.
Maka, tergeraklah hati untuk mengeksplor riam yang masih kurang diketahui oleh orang banyak. Sehingga kami langsung menyusun rencana untuk melakukan perjalanan. Setelah berunding dan bermusyawarah dengan tim Hijau Lumut, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju Riam Marum yang ada di Kecamatan Tujuh Belas, Bengkayang. Namun sayang, diperjalanan kali ini beberapa teman kami terpaksa tidak ikut dikarenakan masalah pekerjaan, sehingga yang berangkat hanya 3 orang saja termasuk saya, kebetulan kami memiliki anggota tim yang tinggal di Bengkayang bernama Keladi (baca dipostingan pertama) sehingga bertambah satu teman untuk mengexplore riam tersebut. Keladi ini merupakan putera daerah asli Bengkayang, kebetulan ia juga belum pernah ke lokasi tersebut, sebab akses menuju kesana juga belum jelas. Namun sejauh yang kami ketahui, lokasi Marum tak jauh dari Riam Ampang. Dan kabarnya akses jalan menuju kesana ternyata rusak alias banyak lubang.
Maka, tergeraklah hati untuk mengeksplor riam yang masih kurang diketahui oleh orang banyak. Sehingga kami langsung menyusun rencana untuk melakukan perjalanan. Setelah berunding dan bermusyawarah dengan tim Hijau Lumut, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju Riam Marum yang ada di Kecamatan Tujuh Belas, Bengkayang. Namun sayang, diperjalanan kali ini beberapa teman kami terpaksa tidak ikut dikarenakan masalah pekerjaan, sehingga yang berangkat hanya 3 orang saja termasuk saya, kebetulan kami memiliki anggota tim yang tinggal di Bengkayang bernama Keladi (baca dipostingan pertama) sehingga bertambah satu teman untuk mengexplore riam tersebut. Keladi ini merupakan putera daerah asli Bengkayang, kebetulan ia juga belum pernah ke lokasi tersebut, sebab akses menuju kesana juga belum jelas. Namun sejauh yang kami ketahui, lokasi Marum tak jauh dari Riam Ampang. Dan kabarnya akses jalan menuju kesana ternyata rusak alias banyak lubang.
Kami
berangkat menuju Bengkayang pada pagi hari karna jalan yang akan kami lalui
akan memakan banyak waktu. Dan si Keladi menunggu dirumahnya yang kebetulan satu arah untuk ke lokasi. Hari yang cerah menemani
perjalanan kami dan hamparan hijau sawah di sepanjang jalan memanjakan mata kami. Hingga perasaan mulai tegang dan senang bercampur menjadi satu ketika melintasi Bukit Mendereng (Vanderink) yang penuh akan kelokan
tajam. Perasaan takut ini datang ketika mengingat banyak sekali kecelakaan yang
terjadi ditempat ini, dan perasaan senangnya yaitu ketika melewati kelokan demi
kelokan seakan-akan menjadi pembalap "MotoGP...heheheh".
Dari Singkawang menuju Bengkayang hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 - 2 jam
saja (tergantung kecepatan).
Sampailah
kami dikediaman Keladi untuk beristirahat sejenak dan mengecek ulang
perlengkapan. Matahari sudah semakin tinggi dan itu menandakan perjalanan kami pun
dimulai. Tidak lupa untuk mengecek kendaraan kembali agar tidak terjadi sesuatu
yang tak diinginkan, mengisi bahan bakar dan tekanan ban tentunya. Oh iya,
rumah kawan kami ini dekat sekali dengan Bukit Jamur dan juga tak jauh dari
pusat Kota Bengkayang. Dari pusat Bengkayang menuju Kecamatan Tujuh Belas
memerlukan waktu 2 jam atau lebih. Dalam perjalanan panjang ini, kami lalui dengan kontur jalanan mulus namun bergelombang naik turun, hingga akhirnya kami sampai di
Sanggau Ledo dan terlihat Pangkalan Udara TNI AU yang menandakan tujuan sudah
semakin dekat. Kemudian kami berhenti di pertigaan yang merupakan pasar kecil tak jauh posisinya dari Pangkalan tersebut, kemudian kita berbelok ke kanan untuk masuk ke sebuah gang. Kalau
bingung kalian bisa bertanya saja ke masyarakat setempat.
Dan kebetulan Jalan untuk menuju Riam Marum ini
ternyata satu jalan dengan Riam Merasap dan Riam Pangar, hanya lokasi yang kami
tuju ini sedikit lebih jauh dibandingkan kedua riam tersebut. Perjalanan mulai terasa
membosankan dan sakit pada bagian bokong kami dikarenakan jalan yang penuh
lobang dan berbatu. Hingga sudah merasa tidak sanggup lagi menahan rasa sakit
dibokong, kami pun memutuskan istirahat sejenak sembari bertanya dengan orang
lokal masih seberapa jauh lokasi Riam tersebut. Dan Pucuk Dicinta Ulam Pun Tiba tepat didepan kami beristirahat
terdapat sebuah rumah kayu, yang dibelakang rumahnya ternyata lokasi Riam
Marum. Memang masih belum ada tanda untuk mengakses lokasi potongan surga kecil itu.
Tanpa basa basi lagi, rasa sakit dibokong yang tadinya menyiksa mau tidak mau rela tidak rela harus kami tahan demi sampainya kami
pada tujuan.
Jalan yang kami lalu masih berupa jalan setapak dengan dipenuhi banyak rumput dan pepohonan tinggi. Lalu berhentilah kami di ujung jalan buntu, tepat didepan kami
berdiri gagah pohon yang sangat besar seolah-olah menyambut kedatangan kami,
tak jauh dari pohon besar itu ada sebuah pondok kayu kecil, lalu kami memarkirkan motor dan duduk-duduk sejenak. Kami melihat ada beberapa orang yang sedang mengaduk semen, dan ternyata mereka
sedang membuat tangga akses untuk turun ke Riam Marum. Kami mencoba untuk bertanya kepada bapak-bapak tersebut tentang jalan menuju riam, setelah diberi petunjuk kami pun diarahkan mereka untuk turun mengikuti anak tangga yang baru saja mereka buat, bahkan semennya belum sempat kering. Kemudian terdengar bunyi
seperti hujan yang lebat, dan kami yakin itu adalah si Marum. Dengan perasaan
tegopoh-gopoh kami turuni bukit kecil dan mencari keberadaan si Marum dibalik
rapatnya pepohonan besar dan tua. Semakin dekat kami dengan suara tersebut,
kami mengintip dibalik batang pohon besar dan ternyata nampak sebuah pelangi
sedang memeluk Marum, semuanya terdiam karena dentuman air yang menggelegar dan
betapa anggunnya Si Marum dengan dikelilingi pohon besar. Inilah Potongan Surga Kecil dari tanah Borneo. Terkagum-kagum kami dibuatnya, air terjun ini bisa dikatakan tinggi serta debit airnya yang besar, selama ini kami hanya melihat air terjun indah
hanya dibalik layar kaca saja, namun setelah melihat Marum dengan mata kepala sendiri, baru kami tersadar kalau Kalimantan ini indah, dan tak kalah indah dengan alam yang ada di
belahan dunia lain.
Kami mencoba berteriak, tetapi suara dentuman keras Marum yang deras membuat suara kami berempat tidak mampu melawannya, lalu segera masing-masing dari kami meletakkan
perbekalan serta melepas baju untuk merasakan segarnya air dari Marum, tanpa basa
basi kami pun langsung berenang, air terjun Marum ini cukup tinggi dan airnya
sangat dingin seperti es batu yang baru mencair, warna airnya sedikit
kemerahan. Tidak diketahui kedalaman dari Air Terjun ini. Airnya begitu dingin,
saking dinginnya harus memaksa kami berhenti bermain air dan langsung membuat
api untuk menghangatkan tubuh sembari memasak mie instan dan kopi.
Suasanya pun berubah menjadi hening, damai, dan mulai
hangat. Masing-masing menikmati indahnya karunia Tuhan ini dengan caranya
tersendiri. Ada yang berfoto ria, ada yang duduk santai sambil menyeruput kopi
hangat, serta Keladi pun memiliki cara sendiri dalam menikmati alam yaitu
dengan cara hamockkan.
Tak terasa sore pun datang yang memaksa kami untuk
pergi meninggalkan tempat indah ini dan membiarkan si Marum kembali menyendiri.
Sebelum pulang, tidak lupa kami mengambil sampah plastik yang kami bawa tadi.
Karna kami tidak ingin menodai tempat indah ini dengan sampah, dan untuk kalian
yang ingin pergi ke tempat wisata alam maka bawa pulanglah sampah kalian.
Perasaan selama diperjalanan yang tadinya membosankan karena jalan rusak dan sakit
pada bokong pun tersembuhkan sudah, dan kami kembali untuk membawa cerita dan
pengalaman. Kepulangan kami ditemani hujan gerimis dan warna jingga senja keemasan,
hingga sampailah kami kerumah pada malam hari.
Sekian cerita dari kami
Thanks Bubu, Ussu, Keladi 💛
Bila ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaafkan🙏
Silahkan komen atau bagikan bila berkenan
Jangan lupa memutar lagu FOLKS. HEY FOLKS
ReplyDeletewih pas itu, boleh dong bagi playlist folk song nya wkkwkw
Deletekalo dibanyumas riam itu curug, berkunjung juga gan ke blg saya elysetiawan.com
ReplyDeletedisetiap daerah punya nama yg berbeda bro.
Deletesiap laksanakan