Bertamu Ke Riam Merasap, Riam Ampang, dan Riam Pangar


Cerita Pejalan Amatir Ke Riam Merasap, Riam Ampang, Riam Pangar


    Diartikel sebelumnya, saya membagikan sebuah cerita perjalanan kami di Riam Marum. Nah, di artikel kali ini kami akan berkunjung ke 3 riam sekaligus yaitu Riam Ampang, Riam Merasap, dan Riam Pangar. Siapa sih yang tidak tau dengan riam-riam ini, dan mungkin saja masih ada yang belum tau. Ya, ketiga riam ini terletak saling berdekatan, lokasinya berada di Kabupaten Bengkayang, Kecamatatan Tujuh Belas. Memang tidak ada habis-habisnya tempat wisata yang ada di Kecamatan Tujuh Belas ini khususnya riam, yang selalu memberikan panorama indah dan selalu menjadi destinasi untuk para penikmat alam bebas. Kali ini saya tidak bersama tim Hijau Lumut, melainkan bersama teman-teman penikmat alam yang ada di Singkawang yang notabennya adalah anak-anak Sispala. Untuk berkunjung ke destinasi yang akan kami tuju, kami menyewa sebuah pick up, karena melihat antusias teman-teman yang join sangatlah ramai. 

     
      Untuk destinasi pertama, kami akan berkunjung dulu ke Riam Ampang, kemudian dilanjutkan ke Riam Merasap, dan destinasi terakhir yaitu Riam Pangar. Pada pukul 08.00 wib perjalanan dimulai. Diawali dengan hari yang cerah tentunya sehingga menambah semangat perjalanan panjang kali ini.

Singkawang - Bengkayang (1,5 - 2 Jam)

    Untuk menempuh ketempat wisata ini memerlukan waktu yang cukup lama jika dari Singkawang, rombongan berangkat menuju arah Bengkayang dengan waktu tempuhnya ±2 jam. Selama diperjalanan ke arah Bengkayang inilah yang selalu kami nanti-nanti, kita akan disuguhi oleh pemandangan hamparan sawah, dan pohon-pohon saling berdampingan di sepanjang jalan. Angin khas pedesaan serta panorama yang memanjakan mata menemani perjalanan ini, kemudian sampailah sudah dipusat kota Bengkayang, yaitu di pasar Bengkayang pada pukul 10.15 wib. Dan dari pusat Bengkayang ini kita akan menempuh perjalanan 2 jam lagi untuk sampai di lokasi riam. Perjalanan masih panjang dan akan mengorbankan banyak waktu tentunya, dalam hidup memang selalu ada pengorbanan disetiap tujuan yang ingin kita gapai. "Iye kan hahahah…".






Bengkayang - Sanggau Ledo (±2 Jam)

   Nah, setelah berisitirahat sejenak dipasar Bengkayang, kami pun melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju Sanggau Ledo dengan waktu tempuh lumayan lama, diperjalanan itu rupanya kami di ikuti oleh awan-awan mendung yang tak sabar menyurahkan tuah nya. Selama di perjalanan kalian bisa melihat tanda atau petunjuk arah, jadi kalian yang ingin berkunjung tidak akan sesat. "Yang penting mata fokus aja deh..."

    Bila nanti sudah melihat pangkalan TNI AU maka tak jauh pula untuk ke lokasi yang dituju. Kemudian dari pangkalan tadi akan terlihat tanda jalan yang bertuliskan Riam Merasap dipertigaan sebuah pasar kecil, kemudian belok kanan ikuti petunjuk arah tersebut. Jika bingung kalian bisa bertanya dengan masyarakat setempat yang ramah.

   Hujan akhirnya pun turun jua, basah sudah kami semua yang berada di bak belakang pick up, jalan menuju destinasi masih kurang bagus alias banyak lubang, ditambah dengan hujan sehingga membuat jalan menjadi tergenang lumpur dan sempat ban mobil pick up yang kami kendarai menjadi slip.  




  

   Oh iya, dari pertigaan tadi kita akan masuk menuju Kecamatan Tujuh Belas dengan estimasi waktu kira-kira 30-45 menit, namun dikarenakan kondisi jalan yang tak semulus paha Cherybelle ini, menuju destinasi bisa saja lebih lambat dari yang diperkirakan.



    Udara sejuk ditemani hujan melengkapi perjalanan kami, dan hutan yang masih alami tampak menjadi penghias kecamatan Tujuh Belas ini. Sempat beberapa kali bertanya dengan orang setempat mengenai lokasi riam. Hingga akhirnya berhenti karena melihat patok bertuliskan Riam Ampang, maka sampailah kami di tujuan pertama. Nah disini kita memang harus pasang mata sejeli mungkin, sebab jika tidak, mungkin saja tanda yang bertuliskan riam ampang tersebut akan kelewatan. Dan satu hal yang tak kalah penting yaitu, jangan ragu atau sungkan untuk sekedar bertanya ke masyarakat setempat bila kita tidak tahu lokasi yang ingin kita tuju.



Ampang.


   Hujan masih mengguyur Bumi Sebalo, mobil pick up pun sempat beberapa kali kesulitan berjalan sebab trek yang licin membuatnya sulit untuk di parkirkan. Tak jauh dari papan tanda yang bertuliskan riam ampang tadi, ada sebuah pondok kecil yang dipakai sebagai tempat istirahat pengunjung ataupun para petani. Kemudian, kita diharuskan untuk berjalan lumayan jauh melewati perkebunan lada milik masyarakat Dayak setempat. Di Kecamatan Tujuh Belas sangatlah banyak tanaman lada, sehingga masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani lada. 

   Hujan lebat yang masih mengguyur tak henti-hentinya, hal itu tak melunturkan semangat kami untuk sekedar bertamu ke Ampang. Setelah sekian lama berjalan kaki menuruni bukit, dari kejauhan terdengar bunyi hempasan air, sontak seluruh teman-teman menjadi kegirangan dan heboh sendiri karena mendengar tanda alam tersebut. Tak perduli jalan turunan licin akibat hujan, kami semua terus melangkah hingga ada beberapa dari kami terjatuh akibat terlalu bersemangat.

    Singkat cerita, sampailah kami di lokasi. Oh ternyata ini riam ampang, sangat berbeda sekali jika melihat dari layar smartphone, sebab ampang jauh lebih indah diliat secara langsung dengan mata pemberian Tuhan ini. Juga, ampang tak setinggi Riam Marum, relatif lebih rendah namun tetap indah. Sembari menikmati keindahannya, tak terasa hujan pun berhenti. Kini saatnya makan siang, perut yang keroncongan dan sulit sekali diajak kompromi selama di perjalanan, makan siang kali ini sungguh spesial. Mengapa? Sebab jarang sekali bisa makan didepan air terjun seindah ampang ini.


   

   
   Setelah menikmati makan siang, semuanya bergegas meninggalkan Ampang untuk menuju lokasi selanjutnya yaitu Riam Merasap. Tak lupa sebelum kami meninggalkan lokasi, kembali saling mengingatkan untuk memungut sampah-sampah yang ditinggal agar tempat indah ini akan selalu indah.


Merasap
   Tak sempat baju ini kering, hujan pun kembali turun mengguyur bumi dan isinya. Beruntungnya perjalanan ke riam merasap ini jauh lebih ringan, jalan sedikit lebih baik daripada jalan menuju tempat sebelumnya. Setelah sampai di tujuan kedua ini, kami harus sedikit berkecil hati. Sebab, riam merasap sedang ditutup, dikarenakan beberapa hari sebelum kami berkunjung, telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan satu nyawa melayang. Tak jelas apa penyebabnya, setidaknya kita harus menghormati setiap tempat yang kita datangi. Hancur sudah planning destinasi kedua ini, namun tak apa masih ada hari esok.

    Hingga akhirnya perjalanan terpaksa dilanjutkan ke Pangar, walau sedikit kecewa sih. Kebetulan Pangar dan Merasap merupakan tetangga "seperiaman, hmmm seperiaman”. Ya, hanya memerlukan waktu setidaknya 8 menit saja mengunakan motor ataupun mobil dari merasap untuk menuju pangar.



Pangar


    Setelah menelan kekecewaan di tempat sebelumnya,  kaki harus tetap melangkah ke destinasi terakhir. Untuk sampai ke pangar hanya memerlukan sedikit waktu, apalagi dengan mengendarai mobil, jauh lebih cepat. Hanya sedikit melewati merasap dan disana kalian akan melihat gerbang kayu besar yang bertuliskan “Pangar Tangi Rafting”. Hujan yang tak kunjung henti seakan-akan bahagia melihat kami semua kecewa, tampak wajah lesu kawan-kawan.


    Dari gerbang masuk tadi, kita lanjut berjalan kaki sama seperti di riam ampang, jalannya juga sedikit menurun, namun yang berbeda dari riam sebelumnya adalah jalan yang dilalui itu telah dibuat alias dibikinkan tangga oleh pihak pengelola. Hanya sebentar saja berjalan sudah tampak arus deras dari riam tersebut, kebetulan kami berangkat saat musim penghujan, sehingga debit air di Riam Pangar sangatlah tinggi dan berbahaya jika ingin berenang. Riam yang satu ini sangat berbeda dari riam sebelumnya, jauh lebih besar dan gagah.

   Saat melihat derasnya air, semua tampak kagum melihat si Pangar itu, tak ada sepatah kata pun terucap. Megingat sebelum sampai disini, wajah mereka sangat lesu dan tak bersemangat, lalu setelah melihat apa yang ada didepan mereka, mereka saling tersenyum satu sama lain. "Heran aku gampang sekali obat lesu mereka"

   Walau arus yang deras tidak menyurutkan niat kami untuk sekedar berendam di air dingin ini, sambil berfoto-foto ria, tertawa, dan rasa bahagia menjadi satu, baik dari kami sendiri ataupun dari pengunjung lain. Tidak lupa kami membuat bivak  untuk sekedar berteduh  sambil memasak air untuk membuat kopi dan mie tentunya. Dikarenakan waktu itu kantin sedang tutup, akhirnya kami memutuskan untuk membuat makanan dan minuman hangat sendiri.  



   Setelah berpuas puas menikmati alam, hujan pun mulai reda kala sore datang. Waktunya untuk kembali dengan membawa cerita untuk keluarga dirumah, dan pastinya untuk dihari tua nanti. Namun, kembali saling mengingatkan untuk selalu membawa kembali sampah yang ditinggal atau membuangnya ditempat yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. 


   Oh iya, sebelum kalian kesini ada beberapa hal yang harus kalian ketahui. Lahan untuk parkir juga tersedia, untuk masuk ke riam pangar ini akan dikenakan biaya. Tarif yang dikenakan Rp.5000/orang dan parkir mobil Rp.10.000. Melihat hal tersebut, ternyata riam yang satu ini telah dikelola oleh masyarakat, tidak seperti riam sebelumnya yang pernah kami kunjungi.

    Fasilitas yang disediakan pun lengkap, mulai dari kantin, kamar ganti, dan toilet. Buat kalian yang ingin arung jeram atau rafting (bahasa kerennya) juga ada kok, tetapi sayang ketika kami berada disana belum ada orang yang berkegiatan rafting, mungkin mereka lagi libur. Bila kalian ingin berarung jeram tetapi masih takut dengan masalah keselamatan, tenang saja karena sudah terjamin safety, mulai dari alat-alatnya dan juga petugas atau keeper yang selalu memantau keselamatan pengunjungnya. Mengunjungi riam di musim penghujan ada kelebihan dan kekurangannya juga. Kelebihannya adalah air di riam deras dan sangat cocok untuk bermain arung jeram. Kekurangannya, air yang sangaaaaat dingin untuk berenang serta arus deras yang bisa dibilang berbahaya bila ada yang ingin berenang, tapi masih ada juga orang-orang nekat yang tidak memeperdulikan keselamatannya dengan berenang dibawah arus deras riam, termasuk kami “hehehehe”. Hal itu jangan dicontoh ya teman-teman.

   Perjalanan kali ini cukup berkesan menurut saya, selain ramainya kawan-kawan. Disaat itu juga menyadarkan saya, bahwa yang awalnya berangkat dengan cuaca yang cerah, kemudian berubah menjadi hujan. Hal ini membuat saya tau bahwa tidak ada yang pasti di alam, maka dari itu datanglah ke alam dengan penuh kepastian.

   Sekian cerita singkat perjalanan kali ini, mohon maaf bila gaya penulisan saya yang kurang baik. Silahkan untuk berkomentar bila ada kekurangan dan kesilapan. Bila artikel ini dirasa bermanfaat atau ingin dibagikan, silahkan.💚

   Buat kalian yang ingin berkunjung disini, silahkan datang, tapi tetap untuk menjaga kebersihan ya. Siapa sih yang tempatnya pengen dikotori, bahkan setan pun bila tempatnya kita kotori mereka akan marah, apalagi alam yang marah. Sampai jumpa di cerita perjalanan berikutnya.👍




 



Comments

Popular posts from this blog

10 Gunung Populer di Kalbar

Pendakian Gunung Bawang 1471 MDPL

Keindahan Riam Pangar