Mengintip Seksinya Bukit Jamur "Negeri Diatas Awan"



Bukit Jamur, Bukit Jamur Bengkayang, Bukit Jamur Gresik, Bukit Jamur Kalimantan Barat, Bukit Jamur Pontianak, Bukit Jamur Pangalengan, Bukit Jamur Di Bengkayang, Bukit Jamur Di Pontianak, Bukit Jamur Di Kalbar, Bukit Jamur Di Bengkayang Kalbar,
Mengintip Seksinya Bukit Jamur "Negeri Diatas Awan"

https://jurnalhijaulumut.blogspot.com/

    Pertengahan tahun 2016 silam tepatnya pada bulan Juli cerita bermula. Karna perjalanan ini tidak pernah terencana. Ketika itu masih dalam suasana hari raya idul fitri dan libur pun panjang, bosan rasanya hanya libur dirumah dan pantai. Namun semuanya berubah setelah menonton film 5cm yang memperlihatkan indahnya puncak tertinggi ditanah Jawa yaitu Mahameru, seketika setelah menonton film itu tergerak perasaan untuk melakukan hal serupa, eits tapi bukan mendaki Semeru, melainkan bukit yang sedang hits pada masanya saat itu, yaitu Bukit Jamur. Maka timbul lah motivasi untuk mecoba menikmati ketinggian. Rasanya tidak menyenangkan bila melakukannya hanya seorang diri, kemudian saya mengajak teman sepermainan saya dan membuat kelompok bernama Hijau Lumut. Ya, Bukit Jamur merupakan objek wisata yang ngehits di Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Memanglah bukit jamur tak setinggi gunung-gunung yang ada ditanah Jawa, tetapi tak kalah indah dalam soal pemandangan alam. 

Singkawang - Bengkayang ( 2 Jam)
   Dari Singkawang kami berangkat berjumlah 9 orang, 2 wanita dan 7 laki-laki, kami menggunakan sepeda motor menuju Bengkayang, berangkat pada pukul 14.00 dari Kota Singkawang. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Bengkayang tidaklah cukup lama, hanya 1,5 - 2 jam saja. Bukit Jamur ini terletak di Dusun Jaku Desa Bhakti Mulya Kab.Bengkayang. Selama dalam perjalan menuju lokasi tujuan, kami disuguhi alam indah yang ada di tanah yang dijuluki Bumi Sebalo ini, hamparan hijau sawah dan gagahnya pohon berdiri menjadi hiburan tersendiri kala menikmati perjalanan. Dan sedikit menegangkan ketika melalui kelokan Mendereng (Vandering).



       Sebuah jalan yang berkelok-kelok full naik turun untuk sampai ke Bengkayang, jalan ini dibuat pada zaman Kolonialisme Belanda yang dipergunakan sebagai pos intai militer Belanda. Banyak anak-anak setempat menjadikan jalan ini sebagai sirkuit balapan. Akan sangat berbahaya jika dilalui dengan kebut-kebutan dan akan sangat licin pada saat hujan. Kelokan demi kelokan kami lalui sehingga tibalah kami di jantung Kabupaten Bengkayang. Selama diperjalanan pastikan Bensin atau bahan bakar mencukupi, sebab sulit sekali mencari SPBU sehingga pastikan kendaraan kalian mencukupi bahan bakarnya. Pada pukul 15.50 sampailah kami di Bengkayang. Sesampainya di Bengkayang tak jauh dari PLTD ada pertigaan, kemudian belok kanan, setelah itu kami tidak langsung mendaki,melainkan mampir kerumah salah satu teman kami yang tak jauh dari lokasi pendakian, Reza namanya. Sesampainya kami dirumah Reza tak lama hujan pun turun sehingga menuntut kami untuk menunda pendakian. Sembari menunggu  hujan reda kami dijamu dengan makanan dan kue lebaran, karna masih dalam suasana lebaran hehehe. Kebetulan rumah Reza ini dekat dengan lokasi bukit, sehingga kami menjadikan rumahnya sebagai Basecamp pribadi untuk kami dan Reza menjadi guide local atau penunjuk jalan kami.

Rumah Reza - Basecamp Utama ( 10 - 15 menit)
    Setelah makan dan berbincang-bincang akhirnya hujan pun reda tepat adzan magrib berkumandang. Waktu menunjukan pukul 18.30, setelah sholat magrib dan berpamitan dengan tuan rumah kami pun bergegas menyiapkan perlengkapan dan mulai mendaki, dari rumah Reza ke Bukit hanya berjarak beberapa menit saja. Gelap dan sepi kami lewati hingga bertemu dengan jembatan gantung yang menandakan basecamp sudah dekat. Akhirnya sampailah kami di basecamp untuk memarkir motor dan melakukan perizinan sebelum mendaki. Biaya parkir seharga Rp.5000/motor, kami berdoa sebelum mendaki untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan karena pendakian yang dilakukan malam hari, kami masih rada-rada takut karena ini pertama kalinya melakukan kegiatan mendaki dan pada malam hari pula. Macam-macam ketakukan membelenggu kami, mulai dari takut akan hewan seperti ular, bahkan mahluk tak kasat mata.

Basecamp - Pos 1
        Pendakian pun dimulai tepat pukul 19.10, perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke pos 1. Selama pendakian kita akan melewati 2 pos saja. Jalur menuju pos 1 terasa ringan-ringan saja dan kontur trekking yang landai. Sesaat Reza berhenti dan mengatakan "wak kite salah jalan hehehe". Kami semua panik, namun tenang. Setelah bolak balik dari hulu ke hilir, akhirnya kami menemukan jalan untuk menuju ke pos 1. Hingga sampailah kami di pos 1, kemudian kami berisitrahat sambil ketawa ketiwi menghilangkan penat, disini ada riam atau mata air kecil yang bisa kita pakai untuk mencuci muka ataupun mengisi botol air. Air yang dingin menyegarkan tubuh dan membuat badan menjadi bersemangat kembali. Lalu kami melanjutkan perjalanan ini menuju pos selanjutnya.

 Pos 1 - Pos 2
        Langkah demi langkah semakin berat karena jalur yang mulai menanjak dan kadang-kadang harus memanjat bongkahan batu besar nan licin selepas hujan. Bunyi gemercik air  dan krik krik jangkrik menjadi hiburan tersendiri dalam pendakian, beberapa kali kami terpeleset sebab jalur yang menanjak itu licin akibat dibasahi oleh langit. Disini kehati-hatian kita diuji, sebab dalam perjalanan yang gelap ini jika salah melangkah bisa tergelincir atau bahkan bisa saja jatuh kejurang yang lumayan dalam, ditambah jalan yang basah dan licin, saran kami pastikan mendaki menggunakan sepatu trekking atau sandal gunung. Kemudian kami melihat batu datar selebar meja makan, dan itulah pos 2. Banyak ranting dan dahan kering disini padahal tadi sore diguyur oleh hujan, tanpa basa basi kami mengumpulkan kayu-kayu itu untuk membuat api ketika di puncak nanti. 

Pos 2- Puncak
        Dari pos 2 tadi jalan menjadi mulai menanjak dan sedikit curam, yang menandakan bahwa puncak sudah dekat, dan mulai terdengar suara berisik serta kilatan cahaya senter dari atas. Dan akhirnya sampailah di puncak dan ternyata kami tidak sendirian, banyak pendaki yang menyambut kehadiran kami dengan membuat suara musik dari panci dan alat memasak lainnya. Seketika rasa penat dan lelah kami hilang karena disambut dengan keramah tamahan sesama pendaki. Kemudian kami mencari tanah kosong untuk membangun tenda, sembari berbagi pekerjaan ada yang memasang tenda, dan memasak. Beruntunglah kami membawa kayu kering dari pos 2 tadi, sebab kayu yang ada dipuncak basah semua oleh hujan, sehingga kami semua bisa makan malam dan meminum hangatnya kopi dan teh.


Malam itu kami larut dalam kehangatan dan keheningan malam ditemani suara angin gunung dan hewan-hewan malam. Tak terasa pagi sudah datang, betapa takjubnya kami semua melihat keindahan yang diberikan tuhan, yang kami lihat hanyalah lautan awan yang diterangi sang fajar. 


https://jurnalhijaulumut.blogspot.com/


   Tanpa basa basi lagi berbondong-bondong anak manusia mengabadikan momen indah ini hingga lautan awan pun menghilang, dan itu perintah untuk turun kembali dengan membawa cerita serta kenangan. Dan yang terpenting ingat sampahmu, dan bawa turun sampahmu, jangan jadi pendaki ALAY. Kami pun turun dan merebahkan badan sesampainya dirumah.
Sekian cerita kami, buatlah cerita untuk dibagi  ke orang banyak, karena hidup adalah BERBAGI.



https://jurnalhijaulumut.blogspot.com/


Thankyou kawan atas momentnya
terlebih dan kurangnya mohon dimaafkan
silahkan komen dan bagikan bila berkenanπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

10 Gunung Populer di Kalbar

Pendakian Gunung Bawang 1471 MDPL

Keindahan Riam Pangar